Penerapan Budaya Positif di Lingkungan Sekolah
Oleh Suharto, S.Pd.
A. Latar belakang
Urgensi dari menciptakan suasana positif di lingkungan sekolah adalah bagaimana caranya seorang pendidik dapat menciptakan suasana positif di lingkungan sekolah. Hubungan antara menciptakan suasana yang positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid. Penerapan disiplin di sekolah sudah diterapkan dengan efektif atau belum. Bila belum, apa yang harus masih perlu dikembangkan.
Membayangkan kelas impian dengan mengingat kembali visi sekolah impian yang saya tulis saat mempelajari modul 1.3, tergambar bagaimana suasananya, sikap gurunya, tutur katanya, sikap kepada murid-muridnya, lalu bagaimana murid-muridnya, mereka saling berinteraksi dengan saya, sebagai guru dan terhadap teman-teman yang lain.
Untuk mewujudkan lingkungan yang positif agar dapat menghilangkan rasa takut agar semua murid dapat belajar dengan tenang dan nyaman. Beberapa prasyarat untuk mewujudkan kelas impian tersebut diperlukan untuk mewujudkan kelas yang aman dan nyaman bagi semua warga kelas.
Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita.
B. Tujuan
2. Mewujudkan kelas impian bagi murid
3. Membangun budaya positif di kelas/sekolah
4. Menumbuhkan keyakinan-keyakinan kelas yang dilaksanakan siswa dengan baik
5. Menerapkan tindakan restitusi bagi murid untuk penyelesaian masalah
C. Tolok Ukur
1. Terciptanya suasana
positif di lingkungan sekolah.
2. Terwujudnya
kelas impian bagi murid
3. Terbangunnya
budaya positif di kelas/sekolah
4. Tumbuhnya
keyakinan-keyakinan kelas yang dilaksanakan siswa dengan baik
5. Penerapan tindakan
restitusi bagi murid untuk penyelesaian masalah
D. Linimasa tindakan yang dilakukan
1. Membuat kesepakatan kelas yang berisi keyakinan kelas tentang nilai-nilai universal sebagai langkah awal dalam menumbuhkan budaya positif di kelas.
a. Dalam membuat kesepakatan kelas yang berisi keyakinan kelas dilaksanakan secara daring sinkronus dan asinkronus. Daring sinkronus dilaksanakan melalui Google Meet sesuai jadwal KBM kelas secara daring. Sedangkan daring asinkronus menggunakan Google Classroom digunakan untuk berdiskusi untuk saling memberikan saran, masukan/pendapat tentang keyakinan kelas. Akhirnya pengurus kelas berhasil merangkum jawaban seluruh murid dengan pertanyaan pemantik “kelas impian seperti apa yang Anda inginkan, dan bagaimana cara mewujudkannya."
b. Hasil kesepakatan kelas itu lalu dibuat dalam bentuk poster dan diposting di sosmed (Instagram) yang dimiliki kelas tersebut. Kami minta dukungan Bapak/Ibu guru dengan memberikan tanda “like” dan sekaligus mengikuti Instagram kelas tersebut. Selain itu juga dibuat dalam bentuk banner yang dipasang didinding kelas.
2.
Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
keyakinan kelas oleh warga kelas.
a. Guru pengampu yang mengajar dikelas yang membuat kesepakatan kelas kita ajak untuk turut serta memantau pelaksanaan kesepakatan kelas tersebut bersama-sama seluruh murid.
b. Seluruh murid bersepakat apabila terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan kelas maka tahapan penyelesaiannya akan dimulai dari murid yang dipimpin oleh ketua kelas. Apabila belum tercapai titik temu maka akan meneruskan kepada wali kelas atau guru lainnya.3. Melakukan restitusi bagi warga kelas yang melakukan pelanggaran terhadap keyakinan kelas yang sudah dibuat.
a. Restitusi dilakukan apabila terjadi pelanggaran kesepakatan kelas/keyakinan kelas yang tidak bisa terselesaikan sesama siswa. Restitusi tidak diperlukan apabila sudah terjadi penyelesaian masalah sesuai dengan kesepakatan kelas dengan cara win-win solusi dan tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun.
b. Restitusi dilaksanakan atas dasar kesadaran dan permintaan oleh murid yang melanggar.
c. Restitusi bagi siswa yang berkonflik dilaksanakan atas dasar kesadaran dan win-win solusi.
4.
Meninjau ulang keyakinan keyakinan kelas
yang sudah dibuat guna perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang.
a. Peninjauan ulang tentang
keyakinan-keyakinan kelas dilakukan atas dasar kesepakatan.
b. Peninjauan ulang dilakukan untuk memenuhi dinamika kebutuhan.
5. Berbagi
pemahaman tentang konsep-konsep kunci dalam Modul Budaya Positif, yaitu
perubahan paradigma belajar, disiplin positif, motivasi
perilaku manusia, motivasi internal dan eksternal, kebutuhan dasar, posisi
kontrol restitusi, keyakinan kelas dan segitiga restitusi.
Melalui berbagai forum diskusi, koordinasi, apel/upacara selalu digunakan sebagai forum untuk berbagi praktik baik kepada rekan sejawat.
6. Berbagi
pengalaman dan pembelajaran dalam menerapkan konsep-konsep kunci
tersebut, baik di kelas dan/atau rumah.
7.
Berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk melakukan sosialisasi penerapan
budaya positif di kelas.
Kepala sekolah selaku pucuk pimpinan di satuan pendidikan selain sebagai mentor dan motivator juga berperan sebagai mitra dalam menerapkan budaya positif di sekolah. Selain dengan kepala sekolah, koordinasi juga dilakukan dengan wakil kepala sekolah, pengelola 8 SNP dan dengan rekan sejawat.
8.
Mensosialisasikan penerapan budaya positif di kelas
Kegiatan sosialisasi dalam membangun kolaborasi tentang budaya positif kepada teman sejawat di-.Sesi Berbagi Filosofi Ki Hajar Dewantara dan Budaya Positif
E. Dukungan yang dibutuhkan
Sumber daya manusia :
2. Tim Pengembang sekolah, Guru dan Tendik.
3. Siswa
4. Paguyuban Orang tua / Wali murid.
5. Komite Sekolah.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon