Koneksi Antar Materi Modul 3.1

 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh Suharto - CGP Angkatan IV Kab. Pati

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Patrap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) selaku pendiri organisasi pergerakan nasional Indonesia yaitu Taman Siswa.

Konsep pendidikan ini digagas Suwardi Suryaningrat atas dasar kajiannya terhadap ilmu pendidikan (pedagogi) yang diperoleh dari tokoh pendidikan ternama manca negara, yaitu Maria Montessori dari Italia dan Rabidranath Tagore dari India. Konsep ini menjadi prinsip dasar para guru dalam melakukan pendidikan di Taman Siswa. Terdapat tiga unsur penting dan terkenal dalam Patrap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tuladha (ꦲꦶꦁꦔꦂꦱꦱꦸꦁꦠꦸꦭꦝ, "di depan memberi teladan"), (2) Ing madya mangun karsa (ꦲꦶꦁꦩꦢꦾꦩꦔꦸꦤ꧀ꦏꦂꦱ, "di tengah membangun kemauan"), (3) Tut wuri handayani (ꦠꦸꦠ꧀ꦮꦸꦫꦶꦲꦤ꧀ꦢꦪꦤꦶ" dari belakang mendukung").

Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Ki Hadjar Dewantara juga mengatakan “Pendidikan dan Pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya “.

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat, Ki Hajar Dewantara memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai- nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita merupakan nilai-nilai yang telah ditanamkan dan diwariskan oleh pendahulu kita. Nilai-nilai itu sebagai perwujudan dari karakter atau jati diri atau kepribadian kita. Nilai-nilai itu sudah mendarah daging sehingga nilai-nilai itu akan mempengaruhi prinsip-prinsip kita dalam mengambil suatu keputusan.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil melalui kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran berlangsung sangat dinamis sehingga bisa saling melengkapi. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Pada saat pengambilan keputusan dilakukan, seorang guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional agar proses pengambilan keputusan dilakukan secara sadar penuh, kesadaran atas berbagai pilihan dan dampak yang ada. Ketika seorang guru telah menguasai pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang baik mengenai aspek sosial dan emosional, maka keputusan yang diambil memiliki dampak dan tujuan yang positif, keputusan yang diambil juga dapat dipertanggungjawabkan. Kesadaran akan aspek sosial emosional disaat mengambil keputusan juga diperlukan oleh seorang guru terutama saat dihadapkan dengan kasus tertentu yang menuntutnya untuk mengambil suatu keputusan, guru dapat mengarahkan diri untuk melakukan Teknik STOP, yang dilakukan adalah berhenti, kemudian menarik nafas panjang, hingga memberikan waktu untuk memahami dengan baik kasus yang dihadapi. Guru juga akan mencari tau apa yang dirasakan murid dan mau mendengarkan dengan penuh perhatian (focus). Respon guru yang berkesadaran penuh ini lah yang akan mempengaruhi putusan yang diambil.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Sebagai CGP yang harus memiliki nilai-nilai mandiri, inovatif kolaboratif, reflektif dan berpihak kepada murid diharapkan akan mampu mengambil suatu keputusan yang juga berpihak pada murid yang sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam menjalankan perannya seorang guru sering dihadapkan dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral. Melalui 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian keputusan, seorang guru akan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang ada dalam dirinya terutama pada proses uji intuisi yang berkaitan dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianut.

Dalam pembahasan studi kasus seorang guru harus memahami terlebih dahulu perbedaan antara bujukan moral (benar vs salah) dan dilema etika (benar vs benar). Seorang guru harus memastikan terlebih dahulu, apakah studi kasus yang di dalamnya adalah benar vs benar atau benar vs salah. Jika studi kasus yang dianalisis adalah benar vs benar maka guru harus menetapkan langkah pengambilan keputusan. Hal ini karena bisa dipastikan kasus tersebut termasuk dilema etika. Sedangkan apabila kasus tersebut benar vs salah berarti kasus tersebut merupakan bujukan moral. Dalam hal ini kita harus dapat tegas dalam mengambil keputusan untuk memilih hal yang benar.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat adalah dengan mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian keputusan. Dengan pertimbangan tersebut hasil keputusan itu akan bisa diterima oleh semua pihak sehingga situasi itu akan tentunya akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan itu harus dilakukan secara bertahap dan menganalisis terlebih dahulu berbagai aspek yang pertama yang harus dipertimbangkan adalah empat paradigma dilema etika. Kita harus melihat terlebih dahulu paradigma dilema etika apa yang sedang terjadi? Apakah paradigma dilema etika individu melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, atau jangka pendek melawan jangka panjang.

Kedua, kita juga harus melihat prinsip pengambilan keputusan yang paling tepat. Apakah rule-based thingking, end-based thingking atau care-based thingking. Setelah itu keputusan tersebut diuji dengan menggunakan langkah-langkah pengujian dalam pengambilan keputusan.

Adapun 9 langkah-langkah yang dapat dilakukan:

1.      Mengenali terlebih dahulu nilai-nilai yang saling bertentangan.

2.      Menentukan pihak-pihak yang terlibat

3.      Mengumpulkan fakta-fakta secara lengkap dan detail

4.      Melakukan pengujian benar atau salah

a.       Melakukan Uji Legal yaitu menentukan apakah ada aspek pelanggaran hukum

b.      Melakukan Uji Regulasi yaitu menentukan apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut

c.       Melakukan Uji Intuisi yaitu menentukan apakah ada yang salah dalam situasi tersebut berdasarkan perasaan dan intuisi

d.      Melakukan uji publikasi yaitu menguji persaaan bila keputusan yang diambil dipublikasikan di halaman depan koran

e.       Melakukan uji panutan/idola yaitu menentukan keputusan apa yang akan diambil oleh panutan/idola dalam situasi tersebut

5.      Melakukan pengujian benar melawan benar

a.       Melakukan Uji Legal yaitu menentukan apakah ada aspek pelanggaran hukum

b.      Melakukan Uji Regulasi yaitu menentukan apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut

c.       Melakukan Uji Intuisi yaitu menentukan apakah ada yang salah dalam situasi tersebut berdasarkan perasaan dan intuisi

d.      Melakukan uji publikasi yaitu menguji persaaan bila keputusan yang diambil dipublikasikan di halaman depan koran

e.       Melakukan uji panutan/idola yaitu menentukan keputusan apa yang akan diambil oleh panutan/idola dalam situasi tersebut

6.      Melakukan prinsip resolusi

a.       Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

b.      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

c.       Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7.      Mencari atau menginvestigasi opsi trilemma

8.      Membuat keputusan

9.      Melakukan refleksi dan mengambil pelajaran dari suatu keputusan yang telah diambil.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika disebabkan karena paradigma lama dan budaya sekolah yang sudah berjalan sejak dahulu. Banyak pemahaman atau paradigma lama bahwa murid sebagai objek sehingga murid selalu diposisikan yang lemah. Terkadang situasi memaksa guru untuk memilih pilihan yang kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Ada juga pengambilan keputusan yang belum menggunakan analisa terhadap permasalahan yang dihadapi sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan keputusan.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengaruh pengambilan keputusan dalam pembelajaran akan memiliki dampak terhadap pengajaran yang kita lakukan terhadap murid-murid. Apabila pengambilan keputusan itu secara tepat maka pengaruhnya akan ada keberpihakan pada murid. Jika keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang pembelajaran yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan kodratnya.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Secara langsung keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran akan memberikan dampak terhadap murid-muridnya untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

Keputusan yang diambil tentu saja dapat mempengaruhi masa sekarang dan masa depan murid. Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada perubahan murid ke depannya. Bisa dikatakan bahwa masa depan murid bisa saja tergantung dari keputusan yang diambil guru saat ini. Contoh sederhana pada saat kita membuat keputusan untuk tidak menaikkan atau menambah 10 poin murid karena prinsip atau pendirian seorang guru. Bisa jadi saat itu kita menjadi pemutus harapannya untuk dapat masuk ke universitas impiannya dan menjadi lebih baik di masa depan. Itu adalah contoh kasus yang ada dalam salah satu materi PGP yang didapatkan dari wawancara dengan rekan sejawat dalam kegiatan aksi nyata, namun kasus tersebut juga sering kita temui di lapangan. Oleh karena itu, untuk bisa menghadirkan masa depan murid yang lebih baik, guru juga perlu mempertimbangkan bentuk diferensiasi dan sosial emosional murid dalam pembelajaran. Tujuannya agar keputusan pembelajaran yang kita lakukan sesuai kebutuhan mereka saat ini dan masa depan. Dalam hal ini guru harus memberikan bimbingan agar murid bisa mengambil keputusan terbaik bagi kehidupannya di masa kini dan masa depan.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pada modul 3 tentang Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah sub modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran merupakan bagian penerapan nilai filosofi atau paradigma pendidikan KHD yaitu Tut Wuri Handayani yang artinya pendidikan yang memerdekakan murid dengan cara menuntun dan mendorong kodrat yang ada pada murid dengan membangun ekosistem belajar yang positif. Keberpihakan kepada murid juga diwujudkan dengan melaksanakan praktik pembelajaran yang berpihak pada murid dengan cara memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional dan melakukan coaching bagi murid yang membutuhkan.

Peranan pengambilan keputusan yang tepat oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangatlah penting. Dengan pengambilan keputusan yang tepat dan selalu berpihak pada murid akan berdampak positif bagi ekosistem sekolah dan sejalan dengan nilai-nilai kebajikan serta dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini akan dapat mewujudkan lulusan pelajar yang memiliki profil pelajar Pancasila.

 


Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
25 April 2022 pukul 08.23 delete

Sependapat p.Harto, Peranan pengambilan keputusan yang tepat oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangatlah penting. Dengan pengambilan keputusan yang tepat dan selalu berpihak pada murid akan berdampak positif bagi ekosistem sekolah dan sejalan dengan nilai-nilai kebajikan serta dapat dipertanggungjawabkan.

Reply
avatar

Label Pilihan